Sabtu, 21 Juli 2012

SANG SINGA BETAWI: K.H. ABDULLAH SYAFI’IE AL-BATAWIE

Kampung Bali Matraman 1974. Beberapa saat sebelum adzan Subuh dikumandangkan oleh seorang mu’adzin di Masjid Al-Barkah, lelaki tua berbaju koko putih dan berkopiah haji itu telah duduk bersila di mimbar masjid. Betapa khusuknya ia mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bibirnya melafazkan Asmaul Husna. Tubuhnya yang tegap merunduk. Matanya berkaca-kaca. Ia memohon kepada Allah agar perjuangannya mencerdaskan bangsa dapat terlaksana dengan baik
Lelaki tua bertubuh gemuk itu siapa lagi kalau bukan K.H.Abdullah Syafi’ie. Kiprahnya dalam menyiarkan agama Islam di Indonesia memang sudah tidak asing lagi. Nama K.H. Abdullah Syafi’ie bagi kaum Muslim, khususnya warga Jakarta, tentunya sudah tidak asing lagi. Ulama karismatik ini dikenal dengan kedalaman dan keluasan ilmunya. Lebih dari itu, K.H. Abdullah Syafi’ie juga terkenal dengan ketegasan, kegigihan, dan semangat pantang mundur dalam memperjuangkan kebenaran Islam.

Senin, 09 Juli 2012

Sadar akan kematian


Pada suatu hari seorang lelaki datang kepada Nabi SAW membawa daging matang seraya berkata, “Ya Rasulullah, terimalah ini untuk para fakir miskin yang membutuhkannya.”

Pada waktu itu, para fakir miskin yang ada di Masjid Nabawi sudah makan malam.

Nabi SAW bertanya kepada mereka, “Adakah di antara kalian yang masih mau makan daging itu?”
Mereka menjawab, “Tidak, ya Rasulullah. Bukankah kami sudah makan malam?”

Minggu, 08 Juli 2012

Tak Hanya Ceramah, Kader FPI Juga Ingin Jago Menulis


       Mubaligh Front Pembela Islam bertekad tidak akan berdakwah melalui mimbar-mibar Masjid dan Tabligh Akbar alias dakwah bilisan saja.

       Mereka juga akan terjun melalui dakwah bil qolam (dengan tulisan/pena). Untuk itu dua lembaga sayap FPI, Front Mahasiswa Islam (FMI) dan Lembaga Dakwah Front (LDF), pada Ahad (8/7/2012) mengadakan pelatihan jurnalistik bertema “Menjadi Jurnalis Muslim yang Tangguh” di Markaz Syari’ah FPI, Jl. Petamburan, Jakarta. Pelatihan ini dibimbing langsung oleh Redaktur Suara Islam Online, Shodiq Ramadhan.

Jumat, 06 Juli 2012

A Great Lady in the Battle of Jalalabad

       Tinggal di Makkah, rumahku sangat dekat ke Baitullah. Sangat dekat sehingga kami dapat mendengar Adzan amat jelas. Aku terinpirasi oleh Barat dan jatuh menjadi korban propaganda mereka. Layaknya orang-orang Arab lainnya (orang Arab yang terjebak dalam kelalaian -red), aku tetapi tuli terhadap tangisan manusia yang tertindas. Aku mengagumi gaya orang kafir Barat. Setelah menyelesaikan pendidikanku, aku mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan penerbangan dan aku memutuskan untuk tinggal di London. Setelah beberapa waktu, aku kembali untuk menikah.